Kadang menjadi berbeda itu
diperlukan untuk mempertahankan apa yang kita yakini. G. Stanley Hall,
seorang peneliti psikologi remaja, menyampaikan sebuah konsep
perkembangan remaja yang ia namakan storm and stress. Storm and stress merupakan
istilah yang menggambarkan kondisi bimbang dan galau para remaja dalam
pencarian identitas mereka. Fase ini seperti dipenuhi badai dan tekanan,
baik dari diri sendiri maupun dari lingkungan sosial. Remaja cenderung
ingin menampilkan identitas yang unik, yang biasa kita sebut dengan
istilah tampil beda. Apa yang sebaiknya dilakukan oleh remaja kala
menghadapi masa storm and stress? Simak kisah berikut.
Saya menghabiskan masa remaja di
sebuah SMA semimiliter yang berasrama. Pilihan ini menjadi semacam
anomali di saat para remaja lain memilih menghabiskan waktu mereka
dengan bebas. Meski pilihan tersebut memang kehendak saya (bukan paksaan
orangtua), tetap saja pada awalnya saya merasa tersiksa. Apa enaknya
setiap hari bangun pukul 04.00, kemudian olahraga di pagi buta, lalu
berbaris ala militer, dan segala macam kegiatan rutin lainnya? Bahkan
jadwal keluar asrama pun terbatas hanya dua kali dalam sebulan.
Itu baru anomali yang saya alami
dibandingkan dengan remaja pada umumnya. Ternyata keinginan saya pun
menjadi anomali di antara teman-teman satu sekolah. Jika lazimnya di SMA
ada jurusan IPA dan IPS, sekolah saya hanya punya jurusan IPA.
Lenyapnya jurusan IPS tepat di tahun ajaran ketika saya masuk. Nilai
saya dalam pelajaran IPA sangat bagus, tapi saya sebenarnya ingin sekali
masuk jurusan IPS. Rasanya ada energy lebih saat saya belajar IPS.
Saya bisa memahami pelajaran IPA (biologi, fisika, kimia) dengan baik,
tapi ya rasanya biasa saja. Tak terlalu tertarik.
Di SMA saya, porsi pelajaran IPA
sangat banyak. Setelah belajar di kelas regular, sorenya juga ada
bimbingan belajar tambahan. Bahkan di malam hari pun juga ada belajar
tambahan. Biasanya kalau jenuh, saya lari ke aktivitas menulis. Saat SMA
saya menulis catatan harian yang ditulis tangan. Bahkan catatan
tersebut masih saya simpan sampai sekarang. Gara-gara kebanyakan belajar
IPA dan hobi menulis, akhirnya saya berhasil menulis sebuah cerpen thriller yang judulnya Dejavu. Cerpen itu dipajang di mading sekolah. Sayangnya, file
cerpennya sudah hilang entah kemana. Selain cerpen, saya juga pernah
mengikuti beberapa kompetisi esai dan mengirimkan tulisan ke koran
lokal.
Anomali lain adalah soal
cita-cita. Nyaris semua teman saya cita-citanya sangat erat dengan
jurusan IPA. Mulai dari dokter, ahli komputer, insinyur teknik sipil,
ahli perminyakan, atau ahli astronomi. Tapi saya hadir dengan cita-cita
yang asing: ingin menjadi seorang psikolog. Suatu ketika dalam kelas
Bahasa Indonesia ada tugas membuat esai. Saya menyusun esai yang intinya
memberikan kritik terhadap pola pembelajaran di sekolah. Dengan
mengutip teori kecerdasan majemuk Howard Gardner, saya menilai sistem
pengajaran di sekolah terlalu mengandalkan aspek logis-kognitif. Tema
itu menjadi yang paling berbeda di antara tema esai lainnya yang
kebanyakan bersifat normatif.
Saya ingin menyampaikan bahwa
tak ada yang lebih memahami diri ini selain kita sendiri. Tak ada
salahnya menjadi berbeda di antara lingkungan yang serba homogen. Asal
kita punya alasan kuat untuk berbeda, itu tak jadi soal. Seringnya, kita
berbeda karena latah mengikuti tren. Buat para remaja, kenali potensi
diri dan passion sejak dini. Caranya? Coba berbagai macam aktivitas positif.
Potensi itu sifatnya terpendam.
Kita tak pernah tahu hingga kita mencoba dan melatihnya. Saat kecil,
saya senang menggambar. Bahkan ketika TK saya pernah juara lomba
menggambar tingkat provinsi. Tapi beranjak SMP, minat saya beralih ke
dunia menulis dan meninggalkan hobi menggambar. Kalau sekarang saya
diminta menggambar, hmm…entah hasilnya seperti apa.
Remaja umumnya susah membuat
komitmen. Atas dasar itulah biasanya orangtua ragu dengan pilihan
anaknya. Jadilah remaja yang berkomitmen. Jika kamu suka musik dan yakin
bisa berpretasi di sana, kembangkan potensi itu. Buktikan pada orangtua
kalau kamu bisa berkomitmen. Yakinlah, pelan tapi pasti, orangtua akan
mendukung segala macam aktivitas positifmu.
Berani berbeda itu baik, asalkan diikuti dengan berani memilih dan berani berkomitmen.
Selamat menikmati dunia remaja!
Remaja Itu Berani Berbeda, Berani Memilih
4/
5
Oleh
Bangk Bensap
2 Comments
Bener-bener segment untuk remaja banget, kalo boleh tahu bagaimana dengan tingkat diatasnya :) maklum sdh tuwir nih. Sukses selalu ^_^
Replywow, mungkin untuk tingkat di atasnya hanya mengikutu alurnya saja.
Replyheheheheheheh
Terimakasih sudah berkomentar dengan baik, sopan dan tidak mengandung spam di Bensap - Personal Blog Inspiration For E-learning, silahkan berkomentar sesuai artikel dan apabila ada artikel yang tidak bekerja silahkan berikan komentar di menu berikan masukkan.
Maaf, memasukkan link ke dalam komentar akan DIHAPUS.
Ttd : Beni Saputra